topmetro.news, Medan – Wakil Ketua DPRD Medan Hadi Suhendra kembali menegaskan komitmennya untuk berjuang total bagi masyarakat Medan Utara. Khususnya wilayah Belawan yang selama ini ia anggap kurang mendapat perhatian dalam pembangunan kota.
Hendra, sapaan akrab Hadi Suhendra, menyampaikan keprihatinannya atas kondisi sosial-ekonomi masyarakat Belawan. “Pendapatan warga ada yang nol rupiah per hari. Kadang hanya cukup untuk beli makan sepiring. Sudah miskin, kawasan kumuh, tambah perhatian pemerintah minim. Ini bukan fiksi, tapi kenyataan di depan mata,” ungkap Hendra kepada wartawan, Minggu (15/6/2025).
Sebagai legislator dari Dapil II yang meliputi Medan Utara, Hendra kerap vokal menyuarakan berbagai ketimpangan, terutama terkait isu lingkungan. Ia mengecam keras penimbunan mangrove di Pesisir Belawan. “Kalau sudah bicara lingkungan, saya tak bisa diam. Penimbunan mangrove bukan hanya merusak alam, tapi merampas masa depan anak cucu kita,” tegasnya.
Politisi Partai Golkar ini juga mengungkap pernah dapat tawaran kompensasi agar tidak bersuara lantang. “Ada yang datang dengan iming-iming. Saya tolak mentah-mentah. Jangan main-main dengan komitmen saya untuk masyarakat,” tegasnya dengan nada serius.
Komitmen itu ia wujudkan lewat program nyata. Seperti pengelolaan sampah berbasis komunitas yang akan digerakkan bersama organisasi seperti Pemuda Pancasila (PP) dan Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) PP. Program ini bertujuan membangun kesadaran lingkungan hingga tingkat ranting.
Selain lingkungan, Hendra juga fokus pada pendidikan dan pengangguran. Ia menyoroti sulitnya anak Belawan mengenyam pendidikan sampai SMA karena keterbatasan ekonomi. “Syarat kerja sekarang minimal SMA. Tapi tamat SMA saja sulit. Saya mendorong pemerintah menyediakan pendidikan gratis dari SD sampai SMA/SMK,” jelasnya.
Hendra juga mengaku telah mengajukan permintaan kepada sejumlah BUMN dan Kementerian Perhubungan untuk membuka akses kerja bagi anak Belawan. Khususnya di sektor buruh pelabuhan dan transportasi laut. “Saya ingin ini selesai sebelum masa jabatan saya berakhir,” tegasnya.
Minimnya peluang kerja membuat banyak warga Belawan merantau, bahkan ke luar negeri. “Banyak ke Batam, Jakarta, bahkan Kamboja. Saya ingin anak Belawan jadi raja di kampung sendiri, bukan di negeri orang,” ujarnya dengan penuh harap.
Tawuran
Tak hanya soal ekonomi, Hendra juga prihatin dengan tingginya angka tawuran antar-lorong yang mengganggu dunia pendidikan. “Anak-anak takut ke sekolah karena tawuran. Ini harus dihentikan, kalau dibiarkan kita yang rugi,” katanya.
Meski konsisten menyuarakan kepentingan rakyat, Hendra mengaku perjuangannya tidak selalu mulus. Ia kerap mendapat serangan di media sosial dan ancaman terhadap keluarganya. “Kalau saya yang diancam, saya terima, tapi kalau sudah menyentuh keluarga, saya tidak diam. Ini bukan sekadar jabatan, tapi pengabdian,” tegasnya.
Hadi Suhendra mengajak masyarakat dan seluruh stakeholder mendukung langkahnya demi perubahan nyata di Belawan. “Saya sadar banyak yang tidak suka suara saya keras. Tapi saya tidak cari popularitas. Saya hanya ingin masyarakat Belawan punya harapan dan merasakan perubahan,” pungkasnya.
reporter | Thamrin Samosir